Karin menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah yang lumayan besar dan asri. Dengan ragu dia menekan tombol bel yang ada di dekat pintu kabar. Setelah dipencetnya tombol bel itu beberapa kali, terdengar langkah dari dalam pagar. Tak berapa lama sebuah tangan terlihat mendorong pintu pagar dan muncul seorang wanita setengah baya.
"Cari siapa non?" wanita itu bertanya dengan lembut.
"Mau ketemu Ihsan bu. Orangnya ada?" Karin menjawab wanita itu dengan lembut juga. Wanita setengah baya itu memandangny penuh tanda tanya. Sejurus kemudian..
"Mari masuk Non." Wanita itu mempersilahkannya memasuki pintu pagar. Kemudian meminta Karin duduk dikursi yang ada di depan teras rumah itu. Tak berapa lama ia datang dengan seorang wanita yang Karin kenal.
"Tante." Karin bangkit dan mencium tangan wanita setengah bayah itu.
"Kamu...?"
"Karin tante.. kita dulu bertetangga di perumahan.... saya beberapa kali ikut kalo keluarga tante liburan... ingat tant?" Karin antusias menjelaskan.
"Ohh.. sekarang saya ingat. Kamu dulu sangat dekat dengan Ihsan. Bahkan Ihsan sering minta kami untuk bawa kamu kalo kami pulang ke negara papienya." wanita yang adalah mamienya Ihsan itu duduk dan meminta wanita yang tadi mempersilahkan Karin masuk untuk menyediakan minum pada Karin.
"Gimana kabar tante dan om sekeluarga?"
"Kami semua baik kecuali.... Bagaimana Karin dan keluarga?"
"Alhamdulillah baik semua tant." Karin sesekali melemparkan pandangannya kearah pintu kala-kala Ihsan keluar, karena pasti bibi tua tadi sudah memberitahu Ihsan perihal kedatangannya. Tapi hampir setengah jam dia disitu ngobrol dengan maminya Ihsan, tak ada tanda-tanda Ihsan keluar.
"Tante, saya kesini mau kasih kunci ini," Maminya Ihsan kaget demi dilihatnya kunci yang dipegang Karin. Dipandangnya dengan penuh tanda tanya wajah gadis didepannya.
"Ini kunci kamar Ihsan, bagaimana bisa ada ditangan Karin." Tanyanya kemudian menyelidik.
"Maaf tante, semalam waktu Ihsan mengantar saya pulang, kunci ini tanpa sengaja nyangkut di tas saya. Saya telp bu Ayu tidak dijawab, saya tidak punya nomor Ihsan. Jadi pagi ini saya kesini, takutnya kunci ini sangat penting."
"Mengantar..? Bu Ayu..?" Mami Ihsan semakin terkejut, terlihat bagaimana matanya sampai terbelalak menatap Karin. Bibi yang membantu rumah itu juga kelihatan terkejut saat dia melewati mereka dengan sapu ditangan. Sepertinya dia akan menyapu halaman, dan sapu yang dia pegang jatuh seketika saat mendengar cerita Karin.
"Iya tant." Karin merasa aneh dengan reaksi mereka.
"Sejak kapan kamu bertemu Ihsan?" Mami Ihsan menyelidik.
"Seminggu yang lalu tant, saat itu saya sedang dalam bahaya. Kalo tidak ada Ihsan dan bu Ayu. Mungkin saat ini entah saya masih hidup atau tidak." Karin begitu antusias bercerita karena memang pada saat itu seperti mukjizat baginya. Selain lolos dari bahaya, dia juga bisa bertemu kembali dengan cinta masa kecilnya. Mengingat moment itu, dia menjadi berbunga-bunga dan tiba-tiba menjadi sangat ingin melihat Ihsan. Dia begitu merindukan sosok itu dalam sekejap. Rindunya seperti tak terbendung, dia kembali menyapukan pandangannya ke arah pintu dan berharap kemunculan Ihsan.
"Karin.. apakah kamu bercerita yang sesungguhnya?" Mami Ihsan sepertinya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Tentu saja tante. Ehm apakah Ihsan masih tidur atau lagi tidak di rumah tant, sebenarnya dia janji akan membawa saya ketemu tante hari ini, tapi saya duluan datang kesini mengantar kuncinya." Karin penasaran.
"Karin.. ayo ikut saya." Mami Ihsan menarik tangan Karin dan membawanya masuk rumah. Karin agak bingung, tetapi dia berfikir mungkin maminya Ihsan akan mempertemukannya dengan Ihsan. Mungkin Ihsan masih tidur dan maminya tidak mau mengganggu putranya jadi dia harus membangunkannya sendiri. Dan benar saja Mami Ihsan membawanya langsung ke depan kamar Ihsan, hanya saja yamg menjadi tanda tanya adalah pintu kamar itu terkunci dan mami Ihsan menyuruhnya untuk membuka pintu itu dengan kunci yang dipegangnya. Dengan agak ragu di masukkannya anak kunci itu ke lubang nya dan perlahan didorongnya pintu itu ketika kunci telah terbuka. Ketika pintu telah terbuka, tidak ada siapapun di kamar itu. Kamar yang luasnya kira-kira 5x5 meter itu dalam keadaan tertata rapi. Ada sebuah tempat tidur dengan sprai, bantal guling dan bed cover berwarna burgandy, warna kesukaan Ihsan. Ada sebuah rak kayu yang berisi beberapa ornament dan sederet buku disamping kiri tak jauh dari tempat tidur, meja dengan satu kursi dekat dengan rak. Dan yang mengejutkan Karin tentunya sebuah foto Yang terletak Di dinding sebelah kanan tempat tidur. Foto dengan ukuran poster itu adalah foto saat dia Dan Iihsan masih kecil. Tepatnya diambil saat mereka berlibur ke bromo seminggu sebelum Ihsan Dan keluarganya pindah ke Luar Negri.
"Saya tidak menyangka, Ihsan Masih menyimpan foto Kami."
"Kalau saja Kami tahu bahwa cinta nya pada Karin begitu Dalam Kami tidak Akan memaksakan kehendak." Mami Ihsan mendesah panjang. "Sekarang menyesal pun tiada arti." Dia menoleh ke arah Karin Dan meraih kedua tangan gadis itu. "Tante tidak tau apa Yang Akan terjadi kedepannya dengan Ihsan. Tapi dia bahkan sanggup menembus batas alam untuk menemukan cinta ssejatinya."
Karin memandang maminya Ihsan dengan penuh tanda Tanya. "Apa maksud tante? Ihsan..?"
Wanita paro Baya itu tidak menjawab, tetapi tangannya Yang sejak tadi memegang handphone membuka sesuatu Di handphone tersebut Dan memberikan hp tersebut pada Karin. Karin masih tidak mengerti maksud maminya Ihsan. Tetapi ketika dia melihat foto-foto yang ada di dalam hp tersebut, dia tertegun, bingung dan mendadak hatinya sangat teramat sedih dan takut.
"Ini...semua.. apa maksudnya tant, apa yang terjadi dengan Ihsan?" Karin dengan terbata-bata akhirnya membuka suaranya.
"Bukankah kamu sudah melihatnya dengan jelas. Waktu kejadian itu dan bagaimana saat ini kondisinya." Mami Ihsan berkata dengan suara yang parau menahan isak.
"Tapi... bagaimana mungkin. Saya bertemu dengannya seminggu yang lalu. Dihari yang sama." Karin benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah dialaminya. Di hp mami Ihsan terlihat Ihsan foto-foto kecelakaan maut yang dialami Ihsan, mobilnya yang rinsek, kondisi Ihsan ketika dikeluarkan dari mobil dan beberapa foto yang memperlihatkan Ihsan sedang dirawat di Rumah sakit. Jika dilihat dari semua foto-foto itu, saat ini kondisi Ihsan masih koma. Dan yang sangat mengejutkan dia adalah saat kecelakaan itu, Ihsan sedang bersama dengan bu Ana, ART mereka dan bu Ana sendiri dinyatakan meninggal di tempat dalam sebuah screen shoot berita dalam hp tersebut. Karin benar-benar tidak percaya dengan yang dia lihat di hp itu.
"Itu kenapa tante bilang cintanya padamu begitu besar, sampai dia bisa menembus jarak yang begitu jauh untuk bisa menemukanmu dan bahkan menyelamatkanmu. Sebagai maminya, saya juga hampir tidak percaya. Karena setiap hari saya menungguinya di rumah sakit dalam keadaan koma. Jika kamu tidak datang membawa kunci kamarnya dan menceritakan tentangnya, mungkin tante juga tidak akan tau maksudnya meminta tante pergi ke Indonesia untuk menemukanmu."
"Tapi, bagaimana semua ini.. saya benar-benar tidak mengerti." Karin sungguh bingung dengan apa yang telah dialaminya. Belum lagi Karin berkata-kata kembali, sebuah panggilan masuk, video call tertulis dari daddynya Ihsan. Karin memberikan hp itu kepada maminya Ihsan.
"Hi dad, how was our son condition?" Mami Ihsan membuka suaranya.
"No changes, still the same as before." Suara dari sebrang terdengar lirih. "Have you started to find that girl for him?"
"I havn't but she is here now." Mami Ihsan mendekatkan hp ke depan Karin. "See... here is she." Karin sedikit menundukkan kepala dan memberi salam kepada pria tengah baya di layar hp tersebut.
"Bagaimana keadaan Ihsan om?" Suara Karin terbata menahan sedih yang luar biasa.
"Seperti kamu lihat." Daddy Ihsan mendekatkan hp ke arah Ihsan sehingga Karin bisa melihat begitu jelas wajah Ihsan dalam keadaan koma. Tak terasa air matanya mulai mengembang keluar.
"Katakan sesuatu padanya, mungkin dia akan mendengarmu." Mami Ihsan memeluk pundak Karin dan mengusapnya dengan lembut. Sementara Daddy Ihsan telah mendekatkan hp ke telingan Ihsan.
"Ihsan, ini aku Karin.." Karin diam sejenak, isaknya tertahan. "Jika benar kamu cinta sama aku, sayang sama aku, kamu harus sembuh, kamu harus bangun, aku akan menunggumu. I love you Ihsan." Karin mengusap pipinya yang mulai basah dengan air. Dilihatnya butiran air keluar dari mata Ihsan yang terpejam.
"Lihat, dia meresponmu sayang. Ihsan.. kamu harus bangun, mamy telah menemukan gadismu. Mamy akan membawanya padamu segera." Mami Ihsan begitu bahagia demi dilihatnya ada respon dari putranya yang telah koma hampir seminggu itu.
"