“Bu Ay, saya masih tidak mengerti
kenapa bu Ayu harus menemani saya menunggu Ihsan. Kenapa dia tidak langsung
menjemput saya di rumah? Orang tua saya pasti senang melihat Ihsan.” Dengan
penasaran Karin membuka percakapan dengan bu Ayu disuatu siang, saat mereka
sama-sama menunggu Ihsan di tempat yang sudah ditetapkan Ihsan.
Seperti yang sudah dijanjikan oleh
Ihsan sebelumnya bahwa dia akan mengantar dan menjemput Karin kemana dan
darimana pun setiap saat. Tetapi yang membuat penasaran Karin adalah Ihsan
tidak menjemput langsung dirinya ke rumah, melainkan meminta bu Ayu, wanita
yang juga mencoba menolongnya ketika ada orang yang berusaha berbuat jahat ketika
dia pulang dari kerjanya ketika itu.
“Saya juga tidak tahu nak Karin,
tetapi nak Ihsan bilang dia akan menampakkan diri pada keluargamu pada saatnya nanti.”
“Tapi bu, Ihsan…” Belum selesai
Karin barkata, sudah berhenti sebuah mobil di depannya. Perlahan kaca jendela
mobil itu turun dan Nampak seorang pria duduk di depan kemudi tersenyum kepada
mereka. Karin dan Bu Ayu segera naik.
“Kamu akan tahu jawabannya nanti
kenapa aku tidak muncul untuk say hello sama keluargamu.”
“Kok..” Karin terkaget-kaget karena
dia sangat yakin bahwa dia belum bertanya apa-apa kepada Ihsan. Dan hanya kepada
ibu Ayu. Dan itupun sebelum Ihsan datang. Apakah Ihsan memiliki kemampuan untuk
membaca hati dan pikiran orang. Karin sungguh makin penasaran dengan Ihsan.
“Oya bu Ayu, 5 hari lagi papa mama
saya akan datang kesini. Ibu Ayu tolong bantu rapikan rumah sebelum mereka
datang ya.” Ucap Ihsan sesaat sebelum ibu Ayu turun dari mobilnya. Bu Ayu mengangguk
sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
“Kenapa…?” Belum siap Karin
berkata, Ihsan sudah menyelanya.
“Sudah kukatakan, kamu akan
mengerti pada akhirnya, saat ini turuti saja apa yang saya katakan.” Karin
memandang Ihsan penuh heran, dia benar-benar tak percaya Ihsan bisa memiliki
kemampuan untuk membaca jalan pikirannya.
“Tunggu aku de depan tempat
kerjamu, jangan pernah pulang tanpa diriku.” Karin mengangguk penuh semangat.
Tangan kekar Ihsan meraih kepalanya membawanya dekat bibirnya. Karin memejamkan
matanya ketika bibir pria itu mendarat di keningnya. Dia merasakan sesuatu
mengalir hangat diseluruh tubuhnya.
“Trimakasih sudah menjagaku.” Karin
membuka pintu mobil dan dengan pelan melangkahkan kakinya ke luar mobil.
Dilambaikannya tangannya kepada Ihsan sesaat sebelum dia memasuki tempat
kerjanya.
Sebenarnya dia penasaran dengan
semua yang telah terjadi beberapa hari ini. Tentang orang yang menyergapnya
saat pulang kerja, kemunculan Ihsan tiba-tiba dan cara aneh dia memperlakukan
dirinya. Tetapi yang membuatnya lebih penasaran adalah sikap salah seorang
teman sekerjanya, Joni namanya. Sejak kejadian itu, Joni seperti menghindar
darinya. Bahkan Joni seperti melihat hantu jika bertemu dengannya. Seringkali
jika Karin mau mengajaknya ngobrol, Joni akan dengan cepat-cepat mencari alas
an untuk segera pergi dari nya.
“Apakah Joni ada hubungan dengan
orang yang menyergap aku itu, atau….” Karin tiba-tiba merasa ngeri ketika dia
tiba pada satu terkaan bahwa Joni mungkin adalah orang itu. “Ah..tidak-tidak,
jangan mikir yang aneh-aneh ya Karin.. “
“Eh Jon, bisa tolong aku bantu
itungin jumlah Essenzo Oil yang ada di rak itu donk!” Si Joni bukannya
mengiyakan atau mendekat ke Karin, dia malahnya cepat-cepat pergi. “aneh… ada
apa ya sama si Joni?”
Karin adalah karyawan baru di sebuah
minimarket di dekat kota Surabaya, Dia baru 2 bulan bekerja disitu. Ada 8 orang
yang bekerja di situ, 4 shift pagi dan 4 lagi shift malam. Tetapi yang tidak
pernah ganti shift adalah Joni, dia selalu memilih shift malam, jika dia dapat
giliran shift pagi, dia akan bertukar shift dengan teman-teman yang mau masuk
pagi.
Hari telah semakin larut ketika
Karin menshutdown computer kasir dan mengunci safety box yang ada dimeja Kasir.
Dia baru saja mengambil tasnya dari locker karyawan ketika Ihsan masuk dengan
senyum misteriusnya. Bagi Karin senyum itu sangat indah, tetapi juga ada kesan
dingin.
“Malam ini kamu mau kemana sebelum
saya antar pulang?” Ihsan mengambil tangan Karin dan mengecupnya dengan pelan.
“Ehm.. tidak mau kemana-mana.” Karin
memandang Ihsan dengan rasa terpesona yang begitu kuat. “Tapi besok, aku libur
kerja, bisakah kita jalan-jalan keliling Surabaya?” Karin sedikit ragu jika
Ihsan akan memenuhi permintaannyya.
“Besok boleh, tetapi saya tidak
bisa menemanimu jalan, saya hanya mengantar, jika kamu mau jalan, maka kamu
harus pergi dengan ibu Ayu.”
“Whm, aku hanya mau keliling aja di
dalam mobil, putar-putar kota, apakah kamu tidak ada waktu.”
“Oh.. kalo hanya keliling-keliling
saja saya akan membawa kemanapun kamu mau.” Karin dan Ihsan beranjak meninggalkan toko dan segera masuk ke mobil Ihsan. Sebentar kemudian mobil telah melaju meninggalkan toko itu.