Sekitar pukul 20.00 WIB, suasana sekitar pertigaan jalan
Kyia Tamin persis tempat dimana Loceng zaman Belanda berdiri terlihat sibuk. Beberapa
jenis kendaraan masih lalu lalang disekitar.
Persis dipojokan (Hok sebutan pertigaan kota Lama,
Malang) terlihat sebuah warung kopi (Warkop) ramai dikunjungi oleh muda-mudi. Tidak
hanya warga setempat, di tempat itu juga terlihat beberapa turis mampir
menikmati kopi sambil mengenang sejarah hadirnya Belanda di kota itu.
Penasaran keramain tempat itu, kami mencoba mampir.
Tiba depan pintu, kami disambut dengan senyum oleh
beberapa karyawan. Salah satunya belakangan kami ketahui bernama Sata Adinegara
pemilik warkop Kopi Lonceng.
Kepada media ini, pria yang lebih akrab dipanggil
Sata itu menceritakan sejarah nama Kopi Lonceng.
“Disini dulu tempat jam Lonceng di zaman Belanda. Hanya
saja, jam itu telah lama dibongkar dan diganti dengan jam yang baru lebih kecil
sekitar 25 tahun yang lalu,” ujar Sata, Jumat (12/7/2019).
Secara pribadi, pria kelahiran 1977 itu mengaku
kangen dengan keberadaan jam yang dibangun oleh Belanda di zaman penjajahan
itu.
“Kangen (Jam Lonceng), bahkan orang-orang Malang
semua berharap pemerintah kembali membangun duplikat jam lonceng itu. Karena punya
nilai sejarah yang harus diketahui oleh generasi,” akunya.
Bicara masalah rasa kopi lonceng, memang tiada
duanya. Selain aromanya yang begitu khas, rasanya “wow, yummy banget”. Meskipun
demikian, harga kopi di sana hanya terbilang murah. Karena untuk satu cangkir
kopi khas hanya Rp 5.000 pe gelas.
Jika biasanya kopi disajikan dengan cangkir, warkop
kopi lonceng tidak demikian. Di sana kopi disajikan dengan gelas khas zaman
dulu yaitu gelas berbentuk belimbing.
Menurut pria yang hobby berbagai genre music itu, gelas
itu hanya ada di waropnya.
“Arek-arek banyak yang ingin tau sejarah keberadaan
Belanda di kota Lama ini. Dan kami hadir memeberikan suasana itu,” sebutnya.
Posisi Warkop ini yang berada persis dipinggir jalan
Belanda di kota Lama membuat suasana saat ngopi sangat nyaman. Menikmati kopi
sambil melihat lalu lalang kendaraan dengan suasana nan sejuk membuat penikmat
kopi merasa bagai di surga.
Sebagai backpackers pemburu tempat unik dan kuliner,
tempat ini sangat istimewa. Pasalnya, bangunan ini merupakan bangunan lama
dengan tiga lantai.
Di lantai dasar di konsep dengan nuansa Vintage,
kemudian lantai dua dikonsep dengan full music. Sedangkan lantai tiga adalah
roof top terbuka.
“Kami menciptakan dengan berbagai konsep agar semua
komunitas bisa masuk. Karena kami menerima semua komunitas selagi bisa menjaga
tata krama yang baik,” jelasnya.
Penasaran lebih lanjut mengenai Warkop ini, silahkan
ikut IG “Kopi Lonceng”. Informasi selalu terupdate bagi anda pecinta kopi
sekaligus pemburu tempat unik. (Ndn)