Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Hampir disetiap waktu renungan saya membayangkan lirik lagu itu. Dalam benak bertanya "Jika memang tanah kita tanah surga. Dan jika memang lautan kita kolam susu, kenapa hingga saat ini kita masih banyak yang hidup susah? Kenapa hingga bangsa ini banyak utang?"
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di lndonesia mencapai 27,77 juta orang. Jumlah ini sekitar 10,64 persen dari jumlah total penduduk Indonesia saat ini.
Sementara utang yang harus dibayarkan Negara pada tahun 2018 ini yakni Rp 810 Trillun. Akibat pembayaran utang ini diperkirakan perekonomian Indonesia pada tahun 2018 - 2019 akan menurun.
Lalu mana kolam susunya? Mana tanah syurganya? Apakah Koes-plus asal-asalan menuliskan lagu yang sempat populer itu?
Sekitar tahun 1989-1998 lalu, saya ingat persis saat keluarga kami tinggal di hutan belantara. Selama periode itu, sebagai anak petani saya melihat ketika pohon singkong yang dilempar ketanah (tanpa ditanam) bisa menghasilkan ubi kayu yang banyak setelah enam bulan berikutnya. Kemudian, sungai-sungai kecil yang lebarnya tidak melebih parit terdapat banyak udang dan kepiting.
Tapi pertanyaannya, kenapa masyarakat kita hingga saat ini masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan? Bukankah Indonesia terlebih dahulu merdeka dibanding Singpore dan Malaysia? Lalu kenapa justru kedua Negara tetangga itu jauh lebih makmur dibanding Indonesia?
Penyebab banyaknya kemiskinan di Indonesia (Menurut hemat saya ya) tidak lain dikarenakan pemerintah tidak begitu care alias peduli pada pendidikan.
Akibat ketidak care ini membuat poemerintah lebih condrong melakukan pembangunan konstruksi dibanding Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga konstruksi yang sudah dibangun itu tidak bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Nagasaki dan Hirosima yang pada perang dunia ke II di luluhlantak oleh Amerikan telah dibangun kembali. Pembangunan itu tidak langsung dilakukan oleh Jepang. Tapi Jepang terlebih dahulu meningkatkan SDM warga Negaranya. Sehingga begitu semua pintar, Jepang kemudian memulihkan kembali kota yang berantakan itu.
Kemudian kita melihat Negara Singapore. Negara yang konon dalam candaan mengatakan Jika seluruh Warga Negara Indonesia kencing secara serentak, maka kota Singapora dipastika tenggelam.
Meskipun demikian, Singapore tidak bisa diremehkan.
Dari mata uang kertas Singapore terlihat dengan ada dua prioritas utama yakni Education dan Sport atau Pendidikan dan Olah raga. Melalui kedua program utama ini Singapore berhasil meningkatkan kualitas masayarakatnya yang berujung pada kemakmuran warganya.
Sementara pemerintah kita? Hobbynya membangun gedung yang nilainya hingga ratusan milliar. Tapi para olaharagawan tidak begitu diperhatikan. Akhirnya, karena masalah perut, tidak sedikit olahragawan yang tidak bisa mengasah kemampuan atau skillnya.
Saat ini memang perintah sudah menggratiskan pendidikan formal. Tapi pertanyaannya, seberapa banyakkah keahlian yang didapat di bangku sekolah yang sangat bermanfaat di dunia kerja (contoh simple aja nih)?.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah pemerintah harus segera berbenah. Segera bukan pendidikan ketrampilan lain seperti pengembangan diri baik characteristic, maupun keahlian atau talenta masayarakat yang dibawa dari lahir.
Masih kah kita bangga? Masih kah kita berpikir mementingkan pribadi dan golongan? Ayo! Bangun Indonesia tercinta.
Semoga bermanfaat untuk kita semua.