Aku terkejut dan dengan refleks
menjerit ketika kurasakan jarum sudah menembus kulit ibu jariku. Perlahan aku
mengusap ibu jari tanganku, ketika darah masih juga keluar aku mendekatkan
mulutku dan menghisapnya supaya darah bisa berhenti mengalir. Setelah sejenak
sibuk dengan ibu jariku yang terluka oleh jarum sulamku, aku bergegas berlari
ke arah dimana ibuku menjerit histeris, disusul dengan bunyi ledakan yang sangat
dahsyat. Suara jeritan ibu dan ledakan itulah penyebab kecelakaan ringan yang
menimpaku.
“Ada
apa Bu?” tanyaku penasaran setelah sampai di tempat ibu dan ayah berdiri, di
dekat pematang sawah tak jauh dari rumah kami.
“Ada
pesawat meledak.” Ibu terlihat gemerar dan takut.
“Jadi
yang meledak tadi pesawat ya bu.” Ibu menganguk mengiyakan
Aku
memandangin kobaran api yang begitu besar yang tak jauh di depan kami .Kobaran
api itu menjadikan desaku seketika menjadi terang-benerang di tengah gelap
gulita malam itu.
"Subhanallah....,Maha
kuasa Engkau ya Allah, engkaulah yang maha berkehendak.Jika ada korban terimlah
mereka disisi mu,ampunilah mereka semasa hidup.”
Aku
diam terpaku dan penasaran degan apa yang barusan terjadi. Ayah tiba-tiba menepuk
pundak ku dan berkata kepadaku.
”Api sudah padam ayah mau melihat lebih dekat sambil
kita menungu tim sar datang.”
“Aku
ikut yah.” Seruku dengan antusias.
"Ayo!”
Ayah meminta senter kepada ibu lalu kami pun berjalan mendekati api yang mulai
meredup. Disaat bersamaan beberapa orang desa kami datang juga untuk melihat
lebih dekat pesawat yang terbakar itu.
Ketika
orang-orang begitu sibuk mendekati puing pesawat yang terbakar itu, aku malah
berjalan menjauh ke sisi lain yang tidak banyak orang berkumpul. Entah mengapa
aku memiliki dorongan yang kuat untuk berjalan ke tempat itu. Aku terkejut dan
hampir menjerit ketika kakiku terantuk sebuah benda yang sepertinya adalah tubuh
manusia. Aku merasa takut sekaligus penasaran hingga sejurus kemudian kuarahkan
senter kearah tepat di ujung kakiku dimana tubuh itu tergeletak. Aku terkejut
ketika cahaya senter itu tepat mengenai sebuah wajah orang yang sedang tergeletak
di bawah kakiku.
“Kok
wajah ini seperti tidak asing bagiku?” aku
menundukkan tubuhku mencoba mengamati wajah itu lebih lama dan benar saja.wajah
itu aku kenal.Aku jongkok dan mendekatkan tanganku kedada orang itu,aku pikir
orang itu masih hidup dengan segera ku panggil ayah
“Fania...kamu
dimana nak?" seru ayah ku dari kejauhan.
“Ayah
aku disini .” sambil aku gerak-gerakkan senter kekanan dan ke kiri supaya ayah
melihatku.
“Ada orang pingsan
disini.Mungkin salah satu korban.” Aku setengah berteriak ketika ayah mulai
mendekatiku.
“Bagaimana
kondisinya?” Ayah duduk disampingku dan mengarahkan senternya ke muka korban
itu.
“Gak
tau yah, Ayah tunggu ya, biar aku kasih tau mereka.” Aku berdiri dan bergegas
mau pergi ketika tiba-tiba sebuah tangan memegang kakiku erat.
“Dia
sadar..” Ayah hampir memekik.
Aku
mengurungkan niat untuk pergi dan kembali duduk mengamati korban itu. Sementara
orang itu bergumam lirih yang kami tidak bisa dengar.
“Apa
dia bilang..?” Kata Ayah penasaran.
Aku
mendekatkan telingaku kepada orang tersebut dan mencoba mendengarkan apa yang
dia bilang.
“Tolong
aku.. Tolong sembunyikan aku, jangan kasitau me...” Belum sempat orang itu
melanjutkan perkataannya, dia kembali pingsan.
Bersambung...