Percaya
atau tidak, tapi ini begitu lah kenyataannya.
Saya
tidak menceritakan pengalaman orang lain. Disini saya menceritakan pengalaman
saya sendiri. Kenyataan saya alami sendiri.
Sejak
umur 28 tahun, saya jadi pecandu berat rokok. Setiap harinya, saya menghabiskan
minimal satu bungkus dan maksimal dua bungkus rokok. Jika di rata—rata saya
menghabiskan 1,5 bungkus rokok perharinya.
Untuk
satu bungkus rokok dengan harga Rp. 18 ribu, maka per harinya saya menghabiskan
uang Rp 27.000 per hari. Dan jika dikalikan 30 hari, maka sebulan saya habiskan
uang sebesar Rp 810.000 dan di kali 12 bulan, maka setahun uang yang dibakar
untuk rokok adalah Rp 9.720.000.
Sebanyak Rp 9,7 juta bagi orang kaya raya mungkin tidak ada artinya. Namun, untuk kita masyarakat umum di Indonesia dengan penghasilan rata-rata Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 7.000.000, uang ini tergolong banyak.
Sebab, uang sebanyak itu belum tentuk bisa dikumpulkan dalam waktu cepat. Misalnya, kita masih beli motor secara kredit. Kita menyicil pada dealer motor atau barang elektronik dengan bunga yang tidak sedikit. Padahal, kalau saja kita menyisip uang yang harusnya tidak perlu dibakar dalam setahun kita bisa beli motor.
Awalnya, saya tidak percaya kalau uang rokok dalam setahun itu bisa buat beli motor. Dan untuk
membuktikan hal ini, sejak bulan Agustus lalu saya memutuskan berhenti merokok.
Dan karena kebetulan saya juga peminum (alkohol) saya berhenti minum saat
bersamaan.
Bagaiman
saya berhenti merokok dengan mudah? Yaitu, setiap kali ada keingingan merokok, saya masukan uang kedalam celengan setiap pagi hari Rp 20.000, dan setiap kali ada keinginan merokok, saya masukan uang Rp 2ribu kedalam celengan.
Begitu juga saya memasukan celengan
setiap kali saya ingin minum sesuai dengan minuman keinginan saya.
Selama 10 bulan, tepatnya saat usaha saya bangkrut tepatnya pada awal April lalu saya menghitung uang
celengan yang saya mulai sejak 10 bulan lalui mencapai Rp 10 juta lebih.
Dan "WOW" uang ini sangat
berguna disaat saya ingin liburan ke Thailanda sekedar refreshing.
Nah,
sebenarnya kita tidak miskin, kita tidak susah. Hanya saja karena kita tidak
mau berhemat dan justru sebaliknya membuang uang ke hal yang tak ada gunanya, akhirnya kita jadi susah dan miskin.
Begitu
lah pengalaman saya yang ingin saya bagikan untuk acara ngopi dan ngobrol kali
ini. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa.