Dua gadis kembar cantik bak bidadari memutuskan untuk nikah secara bersamaan. Gadis pertama memilih seorang profesor untuk memilih pendamping hidupnya. Sementara, gadis kedua memilih seorang pengusaha tanpa pendidikan untuk menjadi suaminya.
Memastikan anaknya tidak salah memilih, sang ibu memutuskan untuk menguji kedua calon mantunya itu. Calon mertua pun membawa keduanya mengelilingi sepangjang danau untuk ngopi dan ngobrol sambil menikmati
Calon Mertua : Professor, kenapa daun tumbuh-tumbuhan berwarna hijau?
Profesor : Warna daun hijau karena sinar matahari, dan...bla bla bla..(menjelaskan secara rinci)
Calon mertua merasa sangat puas. Kemudian, sang calon mertua kali ini bertanya pada pengusaha tanpa pendidikan,
Calon mertua : Kalau kamu pak pengusaha? Kenapa warna daun hijau?
Pengusaha Tanpa pendidika: Karena kodratnya! (Jawabnya singkat).
Mendengar jawaban singkat sang calon mantu yakni pengusaha yang tidak memiliki pendidikan , ia merasa kesal. Kemudian, ia bertanya lagi?
Calon Mertua : Kenapa padi itu subur? Sementara padi lain tidak subur!
Profesor : Oh, itu karena padi yang subur mendapat aliran air yang cukup. Sementara padi yang lain tidak mendapatkan aliran air sehingga kering.
Sang calon mertua lagi merasa sangat puas atas kejeniusan calon mantu yang merupaka profesor. Lalu bertanya hal yang sama pada calon mantu pengusaha tapi tak punya sekolah.
Calon mertua : Kalau kamu kenapa? (Sambil berharap dapat jawaban yang bagus).
Pengusaha tak berpendidikan : Sudah kodratnya bu. Pokok, semua segala sesuatu di dunia ini terjadi karena kodratnya. Bahkan bumi bulat pun sudah menjadi kodratnya untuk bulat.
Mendengar jawabanya calon mantu itu, kekesalan calo mertua makin bertambah .
Setibanya dirumah.
Calon mertua : Kenapa sih kamu pilih calon suami yang bego ginian? Tanyanya pada anak gadis keduanya.
Gadis kedua : Jangan keburu marah lah ma. Siapa tau yayang ku punya penjelasan alasan yang tepat.(Menoleh kearah calon suami dan bertanya) Yang, apa alasan mu memberikan jawaban itu ke mamah?
Pengusaha tak berpendidikan : Karena memang sudah kodratnya, buktinya rambut manusia meskipun steiap hari dijemur disinar matahari tetap juga kog hitam. Dan yang kedua, coba bedakan tuh rambut profesor dengan rambut saya. Setiap hari beliau menyiram air rambutnya sebanyak 3 kali. Dan rambut saya juga disiram 3 kali sehari. Lalu kenapa justru rambut saya lebih subur yang pada kenyataanya selalu disiram 3kali sehari? Ya itu kan sudah kodratnya memang begitu. Mau bilang gimana lagi.
Sejenak anak gadis kedua terdiam lalu berkata........
Anak gadis kedua : Tuh kan mi... masuk akal juga kan jawaban yayang aku? Makanya, kita harus bisa menerima segala pndapat orang lain karena mereka memiliki pandangan sendiri.
Note : Banyak lulusan dengan berbagai gelar Es 1, S2, S3 hingga Es Degan hingga Es Teler, mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Namun karena kebanyakan teori dan kebanyakan mikir tanpa bekerja, sehingga mereka justru bekerja pada pengusaha yang tak berpendidikan.
Tak perlu sangatlah kita mengusai berbagai berbagai ilmu pengetahuan. Sebab hal itu hanya membuat kita merasa orang paling pintar se dunia. Justru yang terpenting adalah, seberapa banyak kita mempraktekan apa yang kita ketahui.
Percuma kita ahli dalam teori, padahal yang terpenting adalah praktek. Pria yang tak berpendidikan membuktikan, bahwa meskipun ia tak ahli dalam teori, tapi ia berhasil menjadi pengusaha.
Pada kenyataannya juga begitu. Coba hitung rasio antara orang tak pendidikan versus profesor yang menjadi orang terkaya di dunia. Bukan kah lebih banyak orang tak berpendidikan tinggi menjadi konglomerat dibanding profesor? Bukan kah pada akhirnya justru orang tak perdidikan lebih banyak memperkerjakan profesor?
Haragailah pendapat orang lain. Karena dengan demikian, pendapat anda pun akan diharga. Setiap individu diberikan kelebihan serta keunikan. Jadi kita ta punya alasan lain untuk menjadi seombong dan memandang rendah orang lain.
Sekian dan thanks.
Jangan lupa share yah.