Jangan Layani Tamu Restoran atau Hotel Seperti Raja.

            Banyak orang beranggapan bahwa sebuah service excellent adalah dengan menjadikan tamu yang berkunjung di hotel ataupun direstoran sebagai Raja. Namun, sayangnya cara ini tidak bisa diperlakukan kepada semua pengunjung. Bahkan saya bisa mengatakan cara ini cara klasik alias kuno. Alasannya, ketika kita melayani tamu yang over-act, yang terjadi adalah “Complain agar dapat gratisan”.

            Saat ini, tidak semua pengunjung hotel ataupun restoran merupakan golongan orang berduit. Dan letak permasalahannya itu adalah disini (tamu yang memiliki uang pas-pasan). Meskipun demikian, sebagai usaha yang menyediakan jasa, dan ditambah dengan semakin menjamurnya usaha dibidang hotel dan restaurant, adalah haram hukumnya bagi kita untuk tidak melayani setiap tamu dengan baik. Semua demi menjadikan nama usaha (hotel/restaurant) milik kita atau tempat kita bekerja baik.

            Melayani tamu dengan baik tidak mesti harus menjadikan dia seperti raja. Cara menjadikan tamu sebagai raja memang tidak salah juga. Tapi kebanyakan tamu yang hanya memiliki uang pas-pasan, akan terus mencari-cari alasannya untuk komplain. Tujuannya, biar kita memberikan complimentary alias gratis (bisa makanan maupun minuman). Bahkan kalau bisa, seluruh fasilitas yang sudah dipakai kalau bisa tidak perlu dibayar.

            Salah satu contoh golongan tamu yang saya maksud adalah pekerja kasar dari Singapore yang berkulit hitam. Biasanya pekerjaan mereka di Singapore tidak lebih dari pemungut sampah, tukang bangunan, pembantu dan pekerja di level bawah lainnya. Memang, tidak ada yang salah dengan golongan tamu seperti ini, namun dalam hal melayani, saya himbau anda jangan melayani mereka seperti raja.

            Golongan tamu seperti ini, sering kali komplain atas hal-hal kecil sekalipun. Seperti masakan keasinan, kurang banyak kuah hingga mengatakan makanan belum keluar. Tapi, bagaiamanpun kita harus tetap melayani dan tetap tersenyum. Sebab mereka juga memiliki hak untuk dilayani. Tapi jika tidak ingin memberikan complimentary, jangan gunakan sistem pelayanan ala raja.

            Sekarang masuk kepointnya.  Pelayanan yang cocok untuk semua tamu saat ini, saya sebut sebagai “Friendship’s Service” alias Layanan Persahabatan. Layanan seperti ini akan memudahkan kita dari berbagai masalah saat melayani tamu. Karena seorang sahabat tidak akan mungkin komplian, tapi mereka akan memberikan saran. Sementara tamu yang dijadikan sabagai raja, akan berubah pandangannya terhadap pelayanan yang kita berikan layaknya seorang tuan.

            Bagi kebanyakan pelayan, menjadikan tamu sebagai orang yang benar-benar sahabat sedikit susah. Beda halnya dengan menjadikan tamu sebagai raja. Perbedaan ini ada pada kedekatan emosional antara sahabat dan tuan. Seorang yang benar-benar sahabat butuh membangun kepercayaan dan daya tarik yang luar biasa. Sedangkan tuan, butuh rasa hormat dan kerja profesionalisme.

            Lalu anda mungkin bertanya ‘bagaiaman cara menjadikan tamu sebagai seorang sahabat’? Jika anda bertanya demikian, maka teruslah membaca artikel ini. Jika anda pun tidak bertanya demikian, saya sarankan anda tetap melanjutkan membaca. Sebab saya yakin, apapun yang anda cari selama ini, “jawabannya pasti dapat anda temukan di dalam artikel ini”.

            Sebelum saya menjawab pertanyaan ini, ada baiknya saya berbagi sedikit kisah saat saya menangani complain tamu antara “Sahabat dan Raja”.  Maaf, sebelumnya lagi saya tidak akan menyebut nama ataupu Negara asal tamu-tamu dalam kisa ini demi menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia alias HAM alias Human Rights.

Kisah berikut

            Pertama saya menanyakan kepada waiter/s yang melayani tamu. Setelah mengetahui permasalahannya, saya tetap pura-pura tidak tahu apa yang terjadi dihadapan tamunya.

            Dari kejauhan saya melihat meja yang sedang berusaha untuk membayar bill mereka sekitar Rp.476 ribu. Dimeja itu ada 2 pasangan dan satu anak bayi berumur 9 bulan. Tanpa pikir panjang, dengan hati yang ceria, hati yang penuh persahabatan saya menghampiri meja tadi.

Saya     : Siang pak, siang bu. (Disini meskipun saya memanggil pak, bu, sikap yang saya tunjukan adalah, “saya adalah orang yang sangat baik dan bersahabat dengan anda”.
Tamu    : Siang (Semuanya Masih sinis)

Sesaat langsung saya alihkan perhatian saya pada anak kecil yang sedang digendong dan berkata
Saya     : Oh, anaknya imut banget. Umur berapa pak? (Sambil menunjukan sikap benar-benar tertarik pada anak tersebut). Suasana hati mereka sedikit bahagia.

Ayah anak : Masih 9 bulan. (semua orang dewasa senyum sambil melirik si bayi). Dalam hati saya, “wow, kena deh”.

Saya     : Oya iya, kenalin. Saya Setianus Zai. Panggil saya Zai. Kebetulan saya Manager disini. (Tetap senyum, senyum persahabatan).

Tamu    : Oh okay, itu bagus. (Suasana hati tamu tambah senang, namun saya bisa merasakan kalau mereka ingin menyampaikan sesuatu).

            Singkat cerita saya mulai bercanda sama tamunya dengan bertanya “kenapa ya di India kepala mereka sudah geleng-geleng meskpin mereka berkata ‘ya”. Tapi pertanyaan itu saya jawab sendiri dengan menduga-duga “apakah karena mereka itu penakluk ular kobra, jadi ikut-ikut-ikut gaya ular?”. Sesaat gelak tawa memenuhi ruangan dan kamipun tambah akrab.

            Setelah itu saya melanjutkan memperkenalkan staff saya (para waiter/s) dengan berkata
Saya : Mohon maaf kalau banyak ada kesalahan-kesalahan dalam melayani kalian. Sebab staff kami ini semua baru”.

Kemudian saya menyentuh hati mereka dengan berkata

Saya : Bulan lalu, gaji mereka terpaksa dipotong 50 % gara-gara salah bill.

Tamu : Serentak kaget dan iba

Saya     : Gimana tadi, saya khawtir mereka melakukan kesalahan yang sama. (Pernyataan dan pernyataan saya ini sekedar memastikan apakah makanan yang mereka maksud memang belum keluar atau sengaja pengen gratisan)

            Saya tidak bisa menceritakan lebih banyak lagi sebelum anda berkata saya sedang menulis cerpen. Tapi intinya, adalah bangun persahabatan yang sopan terhadap setiap pengunjung. Sebab apa yang terjadi pada tadi adalah melupakan complain, membayar bill dan memberikan tips sebanyak $10. (Ntah curang atau tidak, yang penting “Tipsnya” saya itu saya ambil untuk pribadi tanpa membagi ke staff lain. Alasan saya sih biar staff saya juga belajar..heehe).

            Begitu juga pasangan orang tua yang sangat romantic dan kaya. Hanya bermodalkan persahabatan dengan mengajak mereka bercanda, memberi mereka pujian, uang $ 300 berikan secara cuma-cuma. Dan masih banyak pengalaman lain.

            Menjawab pertanyaan bagaiamana cara atau trik agar tamu menjadi sahabat buat kita?
Senyum dengan tulus. Dari sekian banyak bentuk senyum, saya hanya menyarankan anda memberikan senyum tulus bahwa anda senang terhadap tamu.

Bersikap ceria. Bagaimana perasaan anda saat ketemu sahabat? Begitu lah yang anda lakukan. (Tidak mesti harus jadi tele-tabies yang suka “berpelukan”.

Berikan perhatian. Umumnya tamu complain disebabkan kurangnya perhatian yang diberikan oleh pelayan.

I am here for you : Tunjukan pada tamu bahwa anda ada untuk dia.

Bertanya         : Bertanyalah kepada tamu terkait hal-hal yang mereka sukai.

Lihat sikap tamu        : Jika tamu memang berasal dari golongan atas dan anda merasa dia butuh pelayanan seperti raja (biasanya ini para pejabat Indonesia), maka berikan pada dia. Toh juga orang para pejabat elit Indonesia umumnya suka memberikan tips sebagai tanda mereka “kaya kog”. Heheheh..piss..

Jangan Fokus pada selling : Jangan fokus pada selling diperlukan guna melihat isi dompet tamu. Karena jika anda terus menawarkan, sementara tamu merupakan type tamu gengsian, maka asal “iya” saja. Tapi begitu bayar “alamak”. Siap-siap complain dan bahkan tidak dibayar.

Keep in Touch : Gunakan helicopter view selama melayani tamu. Jika dia melirik kemana-kemana, maka datangi dan berikan dia yang dia mau. Misalnya, ceritakan pemandangan indah, hal-hal istimewah di lokasi sekitar hotel dan lain sebagainya. (Type tamu tetap perhatikan).

Notes : Oke finnaly, akhir kata saya ingin ucapkan terimakasih. Artikel ini masih belum bisa saya tulis dengan sempurna. Sebab saya adalah pembicara handal, dan bukan penulis handal. Namun karena rasa ingin berbagi, saya memberanikan diri menulis.
Atas masukan dan kritikan…saya ucapkan terimakasih.

           


Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Terkini