Menjadi orang tua adalah destiny yang setiap orang harus jalani. Menjadi orang tua bukan pilihan melainkan itu adalah sebagian dari visi misi kita di dunia. Pekerjaan yang paling sulit dilakukan, yang tidak kenal kata pensiun dan tidak kenal hitungan gaji adalah menjadi orang tua. Ketika sepasang suami istri memutuskan untuk mempunyai anak, maka itu adalah permulaan dari kontrak kerja mereka sebagai orangtua. Ketika kontrak kerja telah disepakati maka visi dan misi harus dijalankan dari kelahiran sang anak sampai kematian orang tua atau sang anak itu sendiri. Barulah pekerjaan itu selesai dan kontrak kerjanya pun selesai.
Menjadi orang tua ternyata ada yang disengaja dan tidak disengaja. Pasti bingung kan, kok ada istilah disengaja atau tidak disengaja. Orang tua yang disengaja itu artinya sudah dipersiapkan dari awal untuk memiliki anak. Sedangkan yang tidak disengaja adalah karena adanya kelalaian yang mengakibatkan hadirnya anak ke dunia. Contohnya perkosaan, hubungan suami istri sebelum menikah, atau sudah menikah tetapi belum mau punya anak, tetapi ternyata hamil diluar perkiraan, sehingga mau tidak mau harus diterima.
Terlepas dari sengaja atau tidaknya status orangtua itu kita sandang. Tetap kita harus melakukan kontrak kerja kita sebagai orang tua. Mau tidak mau kita harus melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kita terhadap anak-anak kita. Tanggung jawab dan kewajiban itu bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokoknya saja, tetapi yang paling penting adalah kebutuhan emosional dan jiwa anak. Kebutuhan emosional dan jiwa anak ini harus menjadi prioritas dan perhatian tiap orang tua. Karena jika kebutuhan emosional anak ini tidak terpenuhi, kurang atau bahkan salah, maka akan berdampak pada prilaku anak, dan tentunya juga akan berdampak dalam kehidupan anak itu sendiri.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan emosional anak, maka orang tua harus selesai dengan kebutuhan emosianalnya sendiri. Karena jika orang tua juga memiliki kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dari orang tuanya dan mereka belum selesai dengan itu, mereka masih mencari cara untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka, maka mereka pun tidak akan dapat memenuhi kebutuhan emosional anak-anak mereka. Karena itu penting sekali para orang tua untuk terpenuhi dulu kebutuhan emosional mereka, baru mereka akan dapat memenuhi kebutuhan emosional anaknya.
Hal-hal berikut yang harus dilakukan calon orang tua saat memiliki anak, sebelum memiliki anak atau bahkan sebelum mereka masuk ke dalam sebuah pernikahan.
1. Memutus akar pahit
Akar pahit adalah istilah yang dipakai untuk melukiskan sumber dari tumbuhnya kepedihan, penderitaan atau kesakitan mental dan jiwa. Akar pahit ini bisa tumbuh dari trauma masa lalu. Misal ketika seorang anak harus menghadapi kenyataan orang tuanya bertengkar dedepannya, bahkan mungkin perceraian orang tuanya. Maka sebelum dia memiliki anak, dia harus memutus akar pahit itu dan memaafkan orang tuanya. Dia harus berdamai dengan kedua orang tuanya. Dia harus sembuh dari trauma itu, baru dia bisa memberi dan memenuhi kebutuhan emosi anaknya.
2. Belajar mengekspresikan cinta
Orang yang kesulitan mengekspresikan perasaannya terlebih ketika bersama dengan orang yang dicintai akan sulit untuk memenuhi kebutuhan emosi anaknya. Anak akan cenderung menjadi pribadi yang kaku dan sulit mengerti bahasa kasih karena dia tidak bisa belajar dari orang tuanya. Bagaimana mau belajar, jika orang tuanya sendiri kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya. Karena itu belajar mengekspresikan cinta itu wajib bagi kita yang tidak mau gagal untuk memenuhi kebutuhan emosioanl anak-anak kita.
3. Melatih Kepercayaan Diri
Anak-anak yang dididik dengan kepercayaan diri yang tinggi dari orang tuanya akan tampil menjadi anak-anak yang berani dan penuh optimistis. Mereka cenderung mudah bergaul, mudah diterima dalam lingkungannya. Dan kecil sekali kemungkinan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Bahkan anak yang sudah terbiasa dengan kepercayaan diri yang tinggi cenderung menjadi role mode lingkungannya.
4. Meminimalkan pertengkaran dengan pasangan
Hal yang sulit adalah meniadakan masalah dalam hubungan suami istri, karena mustahil untuk bisa menyamakan sifat, sikap, kemauan dan kesukaan dua individu yang berbeda. Lahir dari keluarga berbeda, aturan, adat istiadat, suku, ras bahkan agama kadang berbeda. Sehengga gesekan-gesekan dalam rumah tangga itu pasti ada. Tetapi pasangan suami istri harus berusaha meminimalkan gesekan itu supaya tidak menimbulkan pertengkaran. Dengan meminimalkan pertengkaran dan tidak menunjukkan itu di depan anak, maka akan dapat menyelamatkan emosi anak mereka.
5. Membangun pondasi finansial keluarga terlebih dulu
Pasangan yang mau memiliki anak harus memastikan kondisi finansial mereka. Jika perlu harus memiliki finansial yang cukup yang bisa mendukung mereka dalam berkeluarga. Kondisi finansial harus stabil dan bagus. Sehingga saat mereka miliki anak, pemenuhan kebutuhan emosi anak tidak terganggu dengan masalah-masalah keuangan yang dialami orang tuanya. Karna banyak sekali kita orang tua masih disibukkan dengan pemenuhan kebutuhan finansial bahkan untuk yang sehari-hari, Sehingga terkadang kita tidak bisa fokus dengan kebutuhan emosi anak kita. Kita sering tidak punya waktu untuk anak-anak kita. Jangankan menemani mereka bermain dan belajar. Bahkan ada yang karena sibuknya dengan pekerjaan, sampai tidak ada waktu untuk berbincang dengan anaknya. Karena itu settling financial sebelum memiliki anak atau sebelum menikah sangat penting dan harus dilakukan.