Awalnya saya sangat bangga ketika Samdy pria idaman
banyak wanita itu mengungkan “cinta” pada diriku. Seolah melayang diudara,
ragaku bagaikan diangkat hingga langit ke tujuh.
“Apakah ia
serius mengatakan itu? Kalau iya, kenapa harus memilih aku? Bukan kah dewi jauh
lebih cantik dari aku?” tanyaku pada diri sendiri yang tak percaya jika itu
ucapan Samdy itu.
Keraguanku membuat wajah yang awalnya focus melihat
kantorku yang berada tidak jauh dari hadapan kami beralih ke wajah Samdy yang
begitu mendebarkan setiap hati wanita itu. Samdy kembali tersenyum lalu berkata
“Tidak perlu menjawab sekarang. Kamu punya
memikirkan yang terbaik untuk mu. Karena saya juga tidak yakin bisa menjadi
suami yang baik bagi mu kelak”.
Kata itu sontak membuat bulu kudu ku merinding. Bagaimana
tidak? Ia sampai menyatakan akan jadi suami ku kelak. “Berarti dia benar-benar serius! Lalu apa yang harus aku lakukan? Saya baru
saja lulus sekolah dan juga baru saja mendapat perkerjaan. Cita-citaku ingin
melanjut kuliah masih ada. Masak sudah bicara hingga kepernikahan segala”
jabarku dalam hati.
Seolah menjadi wanita satu-satunya dambaan pria di
dunia ini. Saya pun memberanikan diri berkata pada pria tertampan di sekitar
komplek kantor ku itu “Kog terlalu cepat.
Padahal kita juga jalan bareng hari ini. Berikan lah saya waktu berpikir dulu
yach”.
Samdy melihat ke arahku dengan senyum khasnya yang
begitu. Dalam hati ingin ddipeluk saat itu oleh Samdy. Tapi apa adaya sebagai
seorang wanita harus menjaga gengsi terlebih belum sah menjadi pacar.
Tiba dikantor teman pada sibuk menyindir cemburu
lantaran bisa jalan dengan pria berwajah putih langsat itu. “Ingat loh, Samdy itu banyak fans, dia sering
jalan bareng cewek cakep-cakep” papar salah satu teman kantorku.
Awalnya saya pikir hanya gossip hingga saya melihat
sendiri pria yang baru dua hari lalu mengatakn “cinta” itu mengandeng cewek. Berusaha
untuk tidak cemburu, karena gumamku dalam hati dia belum jadi milikku.
Pulang di kosan, saya menemukan Samdy yang kebetulan
kosannya berada persis depan kosan kami. Tanpa diundang ia menghampiri ku ke
kamar.
“Sebenarnya
gimana sih status kita? Bukan kemarin kamu bilang cinta? Kok malah sukanya
gandeng cewek lain?” tanyaku pada Samdy tanpa basa-basi.
“Saya
mencintai mu. Tetapi saya ingin kamu tahu bahwa pekerjaan kami dibidang event
organizer mengharuskan kami terkadang bergandengan. Tapi bicara masalah
perasaan, perasaan ini hanya untukmu. Percaya lah” begitu lah seingatkan
kata Samdy saat itu yang langsung saya “iyakan”.
Rasanya ingin memiliki Samdy seutuhnya. Hal ini yang
membuat aku tak kuasa ketika Samdy mulai mencium dan merabaku. Sesekali cumbuan
itu saya hentikan dan bertanya “Kamu
seriuskan”, Tapi Samdy selalu menjawab ingin menjadiku istrinya. Hingga
akhirnya, mahkota yang selama ini aku jaga kesucian secara tak sadar telah
dirobek oleh rudal bang Samdy.
Singkat cerita, setelah tiga bulan melakukan
hubungan suami istri, saya mulai ada tanda-tanda kehamilan. Dan pada saat usai bayi
dalam kandunganku memasuki enam bulan, Samdy datang ke rumah dan melamarku.
Usai pernikahan kami sah secara adat dan agama, saya
mulai merasa lega karena pikirku Samdy tidak akan mungkin mencari wanita lain.
Setelah dua tahun berlalu, Samdy mulai
terang-terangan menujukan kalau ternyata ada wanita lain dalam hatinya. Dan jawabanya
Samdy saat saya bertanya apa salahku? Dengan mudah ia menjawab “Kamu jelek, kamu tidak pantas menjadi
istriku”
Sakitnya tersayat pisau, lebih sakit kata pria yang
kepadanya selama ini aku serahkan jiwa dan ragaku. Bahkan demi dia aku rela meninggalkan
kedua orangtuaku.
“Kalau
saya memang pilihan hatimu, kenapa dulu kamu mengucapkan cinta? Kalau aku bukan
wanita yang terbaik buat mu! Kenapa dulu kamu menghamili aku? Salah kah aku
lahir dengan wajah yang tak secantik dambaanmu? Salah kah aku yang lahir dengan
segala kekuranganku? Dan salah kah aku yang terlanjur mencintaimu? Ampuni lah
aku Ya Tuhan, ampuni lah dia pria yang aku cintai ya Allahku. Pintaku, kalau
memang jodoh kami hanya sampai di sini, tolong jauhkan lah dia dariku. Karena aku….
Aku takkan sanggup jika tak mencitai dia.”