Kisah Keong Racun. Part II : Istri Lupa Diri

Hingga saat ini, saya masih berharap Ricky memberikan saya kesempatan untuk pertama kali bertobat, maka saya akan janji pada hidup ini akan setia hingga ajal menjemputku nanti.

Aku tahu ini semua merupakan kesalahan atas kebodohan saya sendiri. Saya terlalu bodoh percaya dengan kata-kata manis si Keong Racun yang ternyata sudah memiliki anak dan istri itu. Saya terlalu terbuai dengan semua rayuan dan gombalan maut yang selalu ia sampaikan tiap kali bersama dia.

Jujur saya menceritakan hal ini. Tapi dari pada menjadi racun dalam hati ku yang kini telah suci, saya ingin menceritakan. Dengan harapan, agar para istri menjaga kehormatan suami. Meskipun ia punya kekurangan, tapi dia tidak berharap memiliki kekurangan itu. Seperti hal nya saya saat itu punya kekurangan karena terlalu mudah terbuai dan terpesona.

Sekitar bulan Desember lalu, saya terpaksa merantau ke Batam untuk bekerja karena suami di PHK 3 bulan sebelumnya.

Baik keluarga saya, maupun keluarga suami sama-sama berkekurangan. Kami yang kebetulan sama-sama anak pertama terpaksa harus mengeluarkan uang tambahan untuk biaya sekolah adik-adik (termasuk adik ipar).

Di Batam, saya bekerja di salah satu toko baju atau bahasa gaul orang sebut dengan "butik" di salah satu mall disana.

Di tempat saya bekerja, manajer saya si Keong Racun (KR) sering banget memberikan perhatian pada saya. Terkadang saat melihat saya lelah, ia menyuruh saya istirahat. Tat kala saya merasa sedih ingat anak dan suami di kampung, ia datang sebagai menghiburku.

Hari itu senin, dimana setiap hari itu giliran saya untuk libur. Karena demi menghemat uang, saya memilih untuk berada di dalam kamar kost saja.

Saat sedang asik menata ruangan ruangan, saya dikagetkan dengan suara kegedoran pintu yang halus. Dari luar sana, saya mendengar Deril (KR) manager toko memanggil namaku.

"Waduh, jangan-jangan diminta masuk nih," gumam ku dalam hati sambil menuju pintu dan membukakan.

Saya : Eh, pak Deril. Ada apa pak?

Deril : Gak apa-apa. Saya kebetulan bawain makanan.

Saya : Oh, gak usa pak.

Deril : Gak apa-apa. Kebetulan tadi di kosan saya merasa lapar terus keluar cari makan. Nah, karena sendirian, gak alias kagak ada teman, saya mampir deh ke sini. Apa boleh saya masuk?

Saya : Gak apa sih pak. Cuma kamar ini suami saya aja belum pernah ke sini.

Deril : Oh, kalau gitu maaf. Ini makanan siangnya mohon jangan ditolak. Saya pamit dulu.

Entah apa yang ada dipikiran ku saat itu. Justru saat Daril si Keong Racun itu mau pamit. Malah saya minta masuk biar bisa makan bareng.

Sambil menikmati ayam goreng yang dibawa oleh pak Manajer, kami berbincang banyak hal.

Kepada saya ia banyak cerita tentang istrinya yang terlalu banyak nuntut ini dan itu. Belum lagi istrinya (katanya) sudah kawin lari dengan pria lain. Merasa kasihan? Itu lah yang awalnya saya rasakan pada Keong taik itu.

Tak lama bunyi telpon dari suami ku tercinta di kampung. Bukanya bersyukur saya berkata jujur sedang berada bersama manajer di kamar. Dia malah menyebut dengan kata (maaf) lonte.

Mau marah pada suamiku, tapi takut keburukan suamiku yang suka kasar itu diketahui oleh pak Daril. Akhirnya saya hanya mendengar suara ocehan dari seberang sana.

Usai menerima telpon, Daril melanjutkan ceritanya. Ia juga mengatakan kalau istrinya suka memaki dia setiap marah. Hal ini lah yang pada akhirnya membuat saya membuka cerita tentang apa yang barusan di perbuat oleh suamiku.

Kasihan pada diriku sendiri membuat rasa kasihan ku pada Deril semakin besar. Dan tanpa kusadari air mata ini menetes.

Deril : Maafkan, aku. Jika saja saya adalah pria beruntung yang mendapatkan mu sebagai istri, betapa bahagianya diri ini. Kata Deril sembari melihat ku dengan kasih sayang.

Saya : Udalah bang. Abang kan juga sudah punya istri. Begitu juga saya.

Deril : Ya, saya tahu. Tapi harus kah kita terus sakit mereka buat. Kita sudah dewasa dan kita lah yang menentukan masa depan kita. Mungkin mereka adalah jodoh kita sesaat. Tapi bisa jadi kita adalah jodoh hingga akhir nafas ini.

Kata itu cukup masuk akal menurut saya. Tapi lagi dan lagi saya ingat anak dan suami.

Sambil menatap langit-langit kamar kost. Tanpa kusadari Deril sudah pindah berada persis samping kanan ku. Tangan kirinya perlahan membelai badanku, dan terkadang tangan itu juga membelai rambutku.

Karena merasa hanya sebatas perhatian. Saya pun membiarkan melakukan hal itu.

Rupanya siatuasi itu justru dimanfaatkan oleh si kampret KR. Ia mulai berbisik ketelinga ku "Sudah, jangan bersedih lagi. Karena orang yang membuat kita sakit belum tentu mengerti kita. Biarlah mereka terus menyakiti kita. Tapi disini kita bisa membahagiankan satu sama lain,". 

Saya mulai, mengerti maksudnya, tapi terlambat karena saat bibir ini mencoba menyanggah. Kedua bibir Deril telah menangkap bibirku dengan kedua tangannya mengikat di pingganku.

Ingin marah, tapi kasihan juga. Saya berusaha melepas bibir saya dari jempitan kedua bibirnya. Begitu lepas, saya hendak mengatakan "Jangan".

Daril : Jangan kuatir, apapun yang terjadi. Saya akan bertanggungjawab. Saya punya seorang adik perempuan. Jadi saya takkan mungkin menyakiti perempuan. Aku tahu saya punya istri, tapi sekarang dia entah dimana. Saya tahu kamu punya suami, tapi saya tidak ingin dia terus menyakitimu.

Daril adalah orang yang pintar dalam berkata-kata. Sehingga kata-kata itu cukup membuatku merasa nyaman. Dan memilih diam sambil menunggu apa yang akan dia lakukan.

Daril ternyata sangat mahir. Sambil berbisik di telinga saya kata-kata romantis, secara bersamaan ia mencium telingan dan leherku yang sangat sensitif.

Saya tak bisa menjelaskan satu persatu. Tapi fase sebelum ia membuka baju ku, jemarinya diusap-usap di punting susuku yang bulat. Hal itu membuatku lupa diri. Berdesah kenikmati, Daril lalu membaringkan ku ke lantai yang beralaskan kasur tipis. Karena tak ada perlawanan, Daril semakin berani membuak rok mini ku, dan (maaf), timun milik dimelesit nikmat di bagian belahan durian ku.

Itu adalah hari pertama, dan kami melakukanya hampir setiap hari selama sebulan. Saat-saat indah itu, membuat ku lupa diri. Hingga suatu saat saya membaca pesan singkat dari istri Daril. Dan ternyata, setelah istrinya cerita, Daril adalah Keong Racun.

Istrinya mempersilahkan saya menikah dengan suaminya. Dengan catatan Daril harus menceraikanya dulu. Sialnya, saat saya mau bicarakan hal itu pada Deril, justru Daril menjawab nanti malam karena rapat dengan kantor. Rupanya, ia pergi takkan kembali hingga saya memutuskan untuk pulang kampung.

Di kampung saya menemukan suami sudah berubah. Tidak lagi marah-marah. Melihat suami berubah membuat saya semakin lama semakin mencintai dia dan menyeseli segala perbuatan.

Ibarat sedalam-dalamnya bangkai di kubur pasti kecium juga. Memasuki satu bulan di kampung saya telah bulan dan ketahuan suami. Tanpa basi-basi, suami ku menceraikan ku. Dan, ya kata-kata lonte kembali dialamatkan pada saya.

Mau membantah tapi itu lah kenyataan. Karena saya tidur dengan lelaki yang bukan suami ku. Dan sudah terjadi, saya tak punya jam waktu yang bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya.

Begitu lah pengalaman ini, di tulis,


Kisah dari "RPD"


Batam..
Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Terkini