Jatuh Cinta Pada Paman Sendiri, Sinta Putuskan Bunuh Diri

Angin berhembus begitu kencang. Rambut hitam manis milik Sinta terlihat terus berurai diobrak-abrik oleh kencangnya angin Dek kapal yang terus melaju ditengah cuaca mendung disertai gerimis.

Mengenakan baju casual berwarna merah dengan celana Jins, body Sinta terlihat bagai seorang model. Dari jauh Sinta kelihatan sedang menikmati keindahan laut biru yang terkadang terganggu oleh pecahan  ombak putih yang terus bergulir.

Semakin dekat, Wajah manis Sinta yang berwarna sawo matang perlahan berubah menjadi merah.

Kedua bola matanya kian berubah. Perlahan... Bola mata yang sudah berkaca-kaca itu kemudian mengeluarkan butiran air.

Dalam hitungan detik, air itupun menetes dari pipi hingga kedada karena ia enggan menyampunya.

Penasaran yang sedang terjadi, saya membaranikan diri bertanya. "Dek, maaf kalau boleh nanya. Kenapa menangis?" Adakah orang yang telah berbuat jahat atau menyakitimu"? tanya bak seorang pahlawan.

Sinta hanya menoleh sebentar ke arah ku. Lalu pandangannya kembali lautan luas.

Ketika, mencoba menenangkan diri karena merasa diabaikan, wanita yang belakangan ku ketahui bernama Sinta itu akhirnya duduk dibangku tempat saya sedang mengisap sebatang rokok.

Sempat diam dan hening seketika.

Lima menit sudah berlalu, akhirnya Sinta bercerita memecahkan keheningan itu bak suara langkah ditengah kegelapan.

Saya tidak ingin lahir dari rahim ibuku, saya juga tidak ingin Samdy lahir sebagai saudara ibuku. Karena keinginan utama dalam hidup ini adalah hidup dan mati bersama dia. 

Saya begitu menikmati setiap momen bersama Samdy. Pelukkan dan tatapan matanya membuat diri ini bisa terbang di awan. 

Jangankan mendengar tutur katanya yang begitu merdu bagai seorang penyanyi, mendengar desahan nafasnya saja, pikiran ini seolah melayang bersama para dewi - dewi di surga. Cerita Sinta sambil mengurai air mata yang telah membasahi separuh bagian dadanya.

Tanpa ia sadari, diriku yang begitu asik mendengar curhatan hatinya membuat ia tak sadar diri lalu merebahkan diri di dadaku.

Samdy, tak bisa kah kita menerobos tembok kebiasaan nenek moyang demi cinta? Tak bisa kah kita menjauhi segala hubungan darah demi kebahagiaan? 

Atau... atau inikah hukuman mu ya Tuhan? Jika Engkau ingin menghukumku, hukum dengan cara lain. Tapi, cinta ini, biarkan lah ia tumbuh bersama Samdy. Samdy saudara ibuku itu.....

"Hah? Kamu jatuh cinta sama paman sendiri?" tanyaku kaget....

Awalnya pertanyaan itu tak ia hiraukan, malahan perut buncitku ia elus-elus sambil melanjutkan curhatan.

"Ya, saya sangat mencintai Samdy, saya bahkan ingin hamil seperti ini. Ini sudah berapa bulan Bu?" 

Saya yang awalnya ikut jatuh dalam kegundahan akhirnya kaget saya dibilang "Hamil" dan dipanggil 'Ibu"..

Saking kagetnya, rokok yang baru saja masuk mulut saya itu tercampak keluar dan berkata "Hah! What"?

Ikut kaget, Sinta berdiri lalu seraya melihat ke arahku. Dengan wajah sebuas singa, ia lalu menampar ku dan berkata "Kurang ajar! Dasar lelaki gendut, lelaki buncit," 

Marah bercampur bingung, tapi karena saya menghargai dia sebagai seorang wanita, saya memilih untuk masuk lomat ke laut.

Melihatku terjun bebas ke laut, ia menjadi semakin bingung.

"Kog dia yang terjun ke laut? Bukanya tadi saya yang mau bunuh diri ke laut? Atau mungkinkah Tuhan kirim dia untuk jadi penggantiku,? gumam Sinta seraya garuk kepala..


Bersambung.................

Note : Alur dan Tokoh dalam Cerber ini cuma fiktif. Bila ada kejadian, tempat dan nama yang sama, tidak lain dari kebetulan saja....


Sekian, salam Ngopi dan Ngobrol










Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Terkini