Aheng alias Yulianto |
Membantu sesama umat manusia memang merupakan salah
tujuan hidup ini. Namun, saat memberi bantuan ada baiknya kita benar-benar tahu
sosok yang kita bantu.
Jika asal membantu, bisa-bisa anda mengalami hal
buruk seperti yang saya alami.
Sabtu (24/11) lalu sekitar pukul 10 pagi saya di
datangi oleh pria yang mengaku bernama, Agus Setiawan di Kafe saya, jalan
Wisata Bahari km 29 nomor 09. Dia datang dengan wajah yang cukup meyakinkan.
Karena kondisi Kafe saat itu sedang direnovasi, Agus
memanggil saya “Pak Zai” dari lantai bawah. Kemudian setelah saya datangi dia
bermaksud meminjam uang ke saya untuk membayar tagihan tamunya dari Singapura.
Karena saya dulu pernah jadi pemandu tamu, saya percaya saja.
Kondisi saya yang cukup lelah saat itu sampai saya
tidak memperhatikan STNK Mobil yang di jadikan sebagai jaminan. Terlebih dia
menujukan KTP, ATM dan BPJS kepada saya atas nama Agus Setiawan.
Karena kebetulan lagi tak pegang uang cash, saya
pinjam dulu uang teman, HD yang kebetulan saat itu sedang berada di Kafe
bersama saya Rp 2,2 juta. Lalu sorenya saya ganti uang itu ke dia.
Setelah 3 hari saya tunggu tepatnya Senin (26/11) dan
tidak ada kabar, saya dan HD pergi melacak STNK mobil itu. yang ternyata merupakan
mobil rental milik pal ANS dan belum dikembalikan.
Dari hasil kesepakatan bersama, kami berdua
melaporkan kejadian itu di Polsek Bintan Utara. Saat bersamaan saya memposting
foto pria yang belakangan diketahui bernama Julianto alias Aheng warga turunan
Tioghoa itu.
Tidak sampai 1 jam, postingan saya tetang orang itu
dikomentar oleh yang mengenal Aheng dengan baik. Intinya, Aheng adalah penipu. “Muka
penipu tuh…Tak heran si Aheng… Dan ada juga yang berkata “Aheng lagi, aheng lagi”.
Usai melaporkan kejadian, saya dan HD balik ke Kawal
sedang pak ANS melacak keberadaan rumah si Aheng.
Sekitar jam 9 malam, pak ANS menemukan rumah Aheng. Namun
si Aheng kabur lewat pintu belakang melalui bantuan ayahnya, Akay.
Setelah kesepakatan bersama, kami membawa Akay ke
kantor polisi Uban untuk proses selanjutnya.
Setibanya di Kantor polisi, Akay sempat berdalih
kalau Aheng bukan anaknya. Namun setelah dimintai keterangan oleh pihak
kepolisian dan keterangan dari warga, Akay mengakui kalau Aheng adalah anaknya.
Masalah ini memang sudah kami selesaikan secara
kekeluargaan. Karena saat itu keluarga Aheng bersedia menyetor Rp 1 juta rupiah
saja kepada saya. Karena saya kasihan melihat adik-adik Aheng yang masih
sekolah dan bahkan masih ada bayi berumur 4 bulan.
Namun, dari pengakuan adik Aheng, Santy yang masih
berstatus pelajar kelas 3 SMP membuat saya menulis kejadian ini. Pasalnya, si
Aheng di rumah suka kasar sama adik-adiknya. Bahkan tidak jarang si Aheng ini
mengancam adik-adik perempuanya yang masih kecil dengan sebilah parang.
“Setiap kali tidak diberi uang, kami dipukuli. Kami diancam.
Saya sendiri punya dendam sama dia,” curhat Santy.
Saat saya bertanya kenapa tidak dilaporkan kepada
pihak berwajib, Santy dan kakaknya dari Batam mengaku takut dan juga selalu di
bela Akay.
Semoga dengan adanya berita ini, masayarakat Bintan
dan Tanjungpinang dan sekitar dapat berhati-hati jika Aheng pemilik nama banyak
ini berhati-hati. Karena dari beberapa informasi yang kami dapat, si Aheng ini
juga melakukan penipuan hingga Batam.