Percaya Atau Tidak, Api Ini Sudah Ada Hampir Seribu Tahun


Bagi para backpackers dan pecinta alam, mengunjungi tempat-tempat unik adalah suatu kewajiban.

Bicara masalah tempat - tempat unik, di Indonesia bukan hanya ada satu atau dua tempat tempat unik. Keunikan suatu tempat itu karena dua faktor yaitu alam dan yang kedua adalah faktor buatan manusia.

Terlebih di masyarakat kita percaya bahwa kekuatan ghaib atau mistik itu masih tinggi.

Misalnya, Api Abadi atau api khayangan di kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Untuk mengujungi tempat ini dari Kabupaten Gersik, Jawa Timur butuh waktu sekitar 2 jam (jika tidak macet).

Tempat ini berada di tengah hutan, sehingga jalan menuju lokasi banyak terdapat pepohon yang umumnya pohon jati.

Mengenai api ini, orang di sekitar percaya bahwa sudah ada sejak kerajaan Maja Pahit. Awal mula api muncul ketika Raja Majapahit meminta Empuh Supo membuatkan sang Raja keris. Permintaan ini malah di tolak oleh sang Epuh.

Penolakkan ini membuat Raja Majapahit marah dan tidak ada pilihan bagi si Empuh lari di tengah hutan karena di kejar oleh prajurit kerajaan.

Karena tidak membawa api, Empuh Supo yang dikenal punya kekuatan itu menancapkan kris ke sebuah batu tempat ia bertapa. Dan hingga saat ini, api itu terus menyala atau tidak pernah padam karena di percaya punya ke kuakuatan ghaib.

Secara pribadi kalau sendiri menilai, api itu tetap nyala karena di daerah itu terdapat banyak bahan bakar Etanol. Dan hal ini yang membuat api tetap menyala tidak lain karena kandungan Etanol dari dalam tanah itu masih banyak.

Biasa ia, bisa tidak. Tergantung pada kepercayaan masing-masing. Dan bagaimana pun, Api Kahayangan ini tetap punya nilai jual wisata yang tinggi.

Bagi anda yang penasaran seperti apa api itu, berikut videonya

Klik Disini

https://www.youtube.com/watch?v=uUflmCOMep8&t=186s








Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Terkini