Kisah Cinta Bersama Wanita Penjual Cinta Jalanan


Sebut saja namanya, Claudia (bukan nama sebenarnya). Wanita yang mengaku masih berumur 21 tahun itu terlihat anggun dengan jaket kulit berwarna biru muda.

Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, tapi bentuk tubuh nya yang terbilang montok dengan kulit sawo matang membuat ia terlihat manis mepesona.

Belum lagi buah dadanya yang menonjol seolah memberi tantangan mata, membuat pria normal enggan untuk tidak melihat.

Saya menyadari bahwa di rumah sedang ada seorang wanita yaitu istri saya sedang menunggu aku bersama anak-anak. Pernah aku coba untuk melawan tantangan wanita muda nan manis - montok itu. Tapi, apa lah daya badan capek, mata berdebu ingin dicuci dengan pemandangan seperti ini.

Sesekali ia melirik ku, dan sempat beberapa kali aku cuek karena memang lagi lapar di perjalanan dari Jambi hingga Jawa bagian tengah itu.

Pukul 14.00 waktu setempat, makan siang selesai sudah aku santap. Sebagai lelaki yang hobbi Ngopi-Ngobrol dengan iringan humor, saya membalikan badan ke arah wanita muda itu sedang asik ketawa ketiwi dengan hp nya.

"Lagi jatuh cinta nampaknya dek" ujar ku memecah keheningan.

Ia menatap ku penuh pesona, dan dalam hati ini sempat berkata "Oh, no! Jangan sampai hal ini terjadi".

Saya gak mau menyalahkan setan atas kekeliruan ku menyapa dia. Tapi terus terang, senyum sumsringah yang terlontar dari bibirnya membuat iman ku sedikit goyang.

Mau lanjut ingat anak - istri. Mau berhenti juga udah terlanjur disambut. "Ya udah, coba-coba aja deh" gumam ku dalam hati mencoba melawan kesucian sebagai seorang suami dan pria bernama awal Setianus Zai.

Percakapan kosong pun terjadi antara kami. Tanpa ragu saya meminta nomor hp dan miscall untuk memastikan nomornya benar. Dan "YA. Nomor itu terhubung.

Usai ngopi dan ngobrol panjang, saya bersama teman hendak melanjutkan berburu keindahan alam nusantara. Saya pun pamit.

Dari wajahnya terlihat seolah tidak ingin aku pergi. Tapi karena baru saja ketemu, saya berusaha untuk membuang sok tahu ku atas sikapnya itu.

Selang 30 menit warung itu sudah kami tinggalkan, bunyi TWEET tiba-tiba terdengar dari hp saya.

"Hah, yang bener aja". Teriak ku di atas motor yang sedang melaju tinggi di jalan lintas Jawa itu. Isi. Gimana tidak, isi wa itu tertulis "Entah kenapa, tapi Claudia ingin menghabiskan malam bersamamu. Claudia ingin bersandar di pelukan mu setidaknya untuk malam ini saja. Claudia punya kamar bagus, tiap hari selalu rapi dan nyaman untuk ngopi ngobrol,"

Suara itu, sontak membuat Habibi sobatku kaget dan membuat motor yang kendarai dengan kecepatan 85/jam itu hampir jatuh. Untungnya, dewi fortuna masih berpihak.

Aku dan Habibie sempat nego, dan akhirnya kami memutuskan untuk meloloskan permintaan Claudia itu tanpa melalui rapat Paripurna jalanan.

Malam berlalu, dan pagi hari pun tiba.

Meskipun malam itu hanya sekedar berpelukan tanpa sehelai benang melingkar di badan kami. Namun, saya berhasil mempertahankan mahkota ku sebagai seorang suami.

Sempat ia memaksa ku tidur di atasnya. Tapi kata ku "Terlalu cepat kita melakukanya, saya tidak ingin menabur kekecewaan pada mu hanya demi nafsu. Apalagi saya sudah nikah, dan tidak kah kau merasa berdosa pada istriku sebagai seorang wanita? Meskipun dirimu bersedia jadi yang kedua. Tapi sebagai pria yang juga di lahirkan oleh seorang wanita, saya tidak ingin menyakitimu dan menyakiti istri ku. Namun, jika kedepan adalah Claudia di takdirkan untuk menemani sisa hidup ini. Maka, biar lah waktu menjawab," 

Tanpa kusadari, justru kata-kata terkahirku sebelum tidur itu membuat ia semakin cinta.



Cerita ini adalah kisah nyata dalam perjalanan kami dari Jambi menuju Surabaya....

Jika ada kelanjutan, maka cerita ini berlanjut....
Jonny Richards

Templateify is a site where you find unique and professional blogger templates, Improve your blog now for free.

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Terkini