Bro & Sis pasti ada yang mengalami kesulitan dalam
mengasuh, membesarkan dan mendidik anak-anak. Terlebih jika mereka yang tadinya
karena kesibukan kita dalam berkarir, harus kita relahkan pengasuhannya kepada
orang tua kita, saudara, tetangga, teman, ataupun pembantu. Sangat beruntung
jika mereka yang kita percayakan anak-anak kita adalah penjaga-penjaga yang
berkarakter baik dan selalu mengarahkan anak-anak kita pada hal-hal yang baik.
Tetapi bagaimana jika ternyata malah sebaliknya. Tentunya kita sendiri akan
kerepotan menghadapi sifat dan karakter anak-anak kita yang terpengaruh oleh
penjaga dan pengasuh mereka selama jauh dari kita.
Lalu bagaimana jika kondisi ini sudah terlanjur kita
alami dan jalani? Disini saya akan berbagi pengalaman bagaimana kita bisa
mengubah karakter anak-anak kita yang tadinya tidak baik menjadi baik.
1. Kenali karakter anak
Setiap anak memiliki berbagai tipe karakter yang berbeda. Secara garis besar
karakter manusia dibagi menjadi 4. Yaitu Sanguinis(super aktif dan ceria), Koleris(aktif
dan sembrono), Melankolis(tenang dan terukur) dan Plegmatis(pemalu&pendiam).
Setiap tipe karakter memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Dengan mengenali tipe
karakter anak kita, maka kita bisa memahami, menghadapi dan mengarahkan anak-anak
kita.
Kedua anak kami memiliki karakter yang berbeda. Anak tertua
kami, Fiderlyn memiliki karakter plegmatis, sedang anak ke 2 kami, Elmathew
memiliki karakter koleris. Sejak mereka bayi karena kami sama-sama sibuk dan
sikon yang tidak memungkinkan kami menitipkan Fiderlyn kepada ibu saya dan
Elmathew kepada ibu mertua. Dan karena kami pindah ke luar pulau, maka kami
membawa mereka dan mengalihkan tugas menjaga mereka kepada tante kami selagi
kami bekerja. Karena kondisi inilah kami menemui banyak kesulitan untuk bisa
membentuk karakter positif fider dan mathew. Tetapi dengan berusaha mengenali
karakter dasar keduanya, akhirnya kami bisa membentuk karakter mereka ke arah
yang lebih positif.
2. Kenali Lingkungan Dimana Anak Tumbuh dan Berkembang
Mengetahui dan mengenali tipe-tipe lingkungan dimana
anak-anak tumbuh dan berkembang adalah point yang sangat penting. Karena dengan
siapa, dimana dan bagaimana anak-anak kita bergaul sangat menentukan akan
menjadi seperti apa anak-anak kita. Jika anak kita bergaul dengan anak yang
sopan, jujur dan rajin, maka anak kita juga akan tertular menjadi sopan, jujur
dan rajin. Tetapi jika anak kita bergaul dengan teman yang suka bohong, malas
dan tidak sopan maka juga sedikit banyak akan tertular dengan sifat-sifat tidak
baik itu. Begitu juga tempat bergaul juga sangat berpengaruh. Misal anak yang
suka pergi ke tempat ibadah akan menjadi lebih agamis sedang anak yang suka
pergi ke mall akan menjadi lebih komsumtif. Bagaimana cara bergaul juga
mempengaruhi sifat anak. Anak yang suka berkumpul dengan teman-temannya akan
lebih memiliki hubungan sosial yang baik dibanding anak yang hanya diam di
rumah dan memiliki sedikit teman.
Selama
8 tahun, Feder dan Mathew tidak berada dalam pengawasan kami, melainkan ibu
saya, ibu mertua dan tante kami. Mereka memang tidak mengajarkan hal-hal yang
negatif, tetapi karena apa yang dikerjakan mereka entah itu salah atau benar,
hari-hari anak-anak kami selalu melihat dan mendengar akhirnya dengan
sendirinya mereka termindset untuk melakukan seperti apa yang mereka lihat. Ketika
tiba saatnya kami berkumpul, kami begitu sulit berkomunikasi dengan anak-anank
kami. Mereka menjadi egois, malas, keras kepala dan tidak pernah percaya
omongan kami. Yang lebih parah lagi mereka sering bermasalah di sekolah dan di
lingkungan mereka bermain.
3.
Membangun Komunikasi Terus Menerus
Setelah
mengetahui 2 point diatas barulah kita bisa menentukan langkah dan tindakan apa
yang harus kita lakukan untuk mengubah karakter anak-anak kita yang tadinya
cenderung negatif menjadi lebih positif.
Ditahun-tahun pertama ketika kami berusaha membentuk karakter
anak-anak kami menjadi lebih positif sangatlah sulit. Karena tante kami masih
tinggal bersama kami dan anak-anak lebih condong mendengar neneknya. Fiderlyn
menjadi sangat pemalu, mudah marah dan masa bodoh dengan lingkungannya, sering
menyendiri dan penakut. Sedang Elmathew sering tidak jujur, suka ngambek, suka
mengadu ke neneknya dan tidak menghormati saudaranya yang lebih tua karena ia
merasa lebih disayang oleh nenek-neneknya dibanding saudaranya.
Kami melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda antara Fider
dan Mathew. Untuk Fider kami meyakinkan dulu padanya bahwa tidak ada tempat
yang lebih baik untuk berbagi cerita selain papa dan mama. Sedang kepada Mathew
saya selalu mengajari bagaimana menghargai saudaranya dan selalu menunjukkan
bahwa tidak ada yang berbeda antara Fider dan Mathew. Kami menyayangi
kedua-duanya dengan kadar yang sama besanya. Saya bahkan beberapa tahun pertama
harus memohon-mohon Fider dan Mathew untuk memeluk dan mencium saya, karena
selama saya bekerja dan mereka diurus nenek-neneknya, mereka tidak pernah
belajar dan diajarkan belaian kasih sayang sehingga saya melihat anak saya
menjadi agak kaku dan dingin. Tidak seperti anak-anak kecil pada umumnya.
Setiap saya pulang dan balik lagi dari Singapore saya selalu menyempatkan
memeluk mereka, mendengarkan cerita-cerita mereka di Sekolah dan berusaha
selalu ada ketika mereka membutuhkan. Dan setelah satu tahun justru malah
ketika saya tidak memeluk dan mencium mereka, merekalah yang meminta. Begitu
juga suami saya, yang dulunya jarang berada di rumah, ketika menyadari bahwa
sifat anak-anak kami cenderung makin negatif, maka suami memutuskan untuk lebih
banyak di rumah dan mendengarkan setiap keluh kesah anak-anak.
Pertama-tama kami selalu bertanya kegiatan Fider dan Mathew
saat tidak bersama kami. Meskipun mereka tidak mau atau takut bercerita, kami
selalu bertanya dan bertanya sampai mereka mau bercerita. Dan setelah kurang
lebih setahun usaha kami pun berhasil. Mereka bercerita apa saja yang mereka
alami di sekolah ataupun dimana saja. Fider menjadi pribadi yang sangat-sangat
berbeda dari sebelumnya. Dia menjadi anak yang ceria, terbuka kepada kami dan
tidak lagi pemalu. Sementara Mathew lebih bisa menghargai saudaranya, tidak
lagi suka mengadu-adu dan suka menolong. Fider dan Mathew sekarang menjadi anak
yang rajin, suka membantu kami, dan kami
tidak pernah mendengar lagi mereka berbuat ulah di sekolah atau luar rumah. Beberapa
tetangga dan teman-teman kami bahkan terkaget-kaget karena melihat perubahan
mereka.
Demikian
pengalaman yang bisa saya bagikan kepada Bro dan Sister. Moga bisa bermanfaat
untuk para orang tua yang memiliki pengalaman atau masalah yang sama yang
seperti kami alami.