Setahun terakhir medsos disibukan
dengan istilah #Gantipresident. Yang pro kata ini dengan semangat 45 berupaya
mencari setiap celah untuk memperkuat gagasan yang intinya agar president, Joko
Widodo alias Jokowi diganti dengan sosok lain. Di sisi lain, yang menginginkan
tetap Jokowi president
Yang tidak menginginkan Jokowi terpilih kembali jadi Presiden dengan
berbagai isu secara bertubi-tubi terus menyerang president Jokowi. Tidak
hanya Jokowi, orang-orang dekat hingga pendukung mantan Walikota Surakarta itu
pun ikut terkena tempias percikan kejelakan (yang menurut pro ganti presiden)
Jokowi.
Mulai dari melemahnya nilai tukar Rupiah, Aset Negara yang dikuasai aseng
hingga TKA asal China seringkali dilemparkan ke Jokowi. Tidak sampai disitu
saja, bahkan masalah sekecil apapun kalau bisa di semua dilemparkan ke Jokowi.
Sedangkan untuk orang yang berani mendukung Jokowi maka "Cebong"
adalah labelnya.
Masyarakat bingung, termasuk saya sendiri. Saya bingung apakah kedepan
saya coplos Jokowi dan partai pendukungnya, atau saya harus coplos opisis atau
memilih Golput!
Bimbang, Ya! Tapi, saya ingin Indonesia menjadi Negara yang kuat dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Saya ini semua keberagaman bersatu dalam satu
kesatuan NKRI. Dan hal ini yang membuat saya satu bulan ini memunculkan sebuah
pertanyaan "Pantas atau Seberapa Pantas Kah Jokowi Jadi
Presiden?"
Untuk menjawab pertanyaan ini memang tidak mudah. Terlebih, saya sendiri
belum pernah bertemu beliau. Namun untuk menjawab semua ini saya menelusuri dari
berbagai media online.
Sosok Jokowi dan keluarganya menurut saya sangat sederhana. Saking
Sederhananya, Ruhut Sitompul kalau tak salah pernah menyebut Jokowi tak pantas
jadi Presiden karena tukang mebel. Jokowi tidak hanya sederhana, tapi Jokowi juga
sangat rendah hati dan tidak sombong. Selain itu, Jokowi juga memudah memaafkan
(meskipun karena ini banyak ucapan kurang bagus dilempar ke bliau seperti,
Jokodok misalnya).
Zaman Jokowi jadi presiden jika dibandingkan dari pemimpin sebelumnya
sangat transparan anggaran serta ekspresi masyarakat lebih bebas. Dan hal ini
yang membuat lawan-lawan politik Jokowi semakin arogan dalam mengata-ngatai
Jokowi. Tapi karena kemurahan hati, Jokowi tidak pernah melontarkan atau
membalas makian dengan makian. Jokowi, adalah sosok orang yang pantas jadi
bapak Bangsa.
Bicara masalah melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar dan utang
Indonesia itu adalah hal biasa. Hanya di zaman Presiden Pak Harto sebelum
terjadi Krisis Moneter tahun 1998 lah rupiah stabil. Sementara utang Indonesia
itu sudah ada sejak Hindia Belanda sebesar US$2,3 Milliar. Kemudian, akhir pemerintahan Soekarno, negara ini sudah dibebani
oleh utang. Seperti dikutip dari harian Republika (17/4/2006), jumlah utang
Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno sebesar US$6,3 miliar. Kemudian sampai
1998, dari total utang luar negeri sebesar US$171,8 miliar. Selanjutnya negara
ini pindah dari tangan ke tangan pemimpin hingga mencapai RP 5.000 trilliun.
Jadi masalah utang dan melemahnya nilai tukar rupiah bukan salah Jokowi.
Lalu, kita lanjut tenaga kerja asing (TKA)
alias aseng dan aseng. Diera pemerintahan Joko Widodo transparansi publik
melalui kebebasan Pers semakin meningkat. Kemudian, ditambah dengan arus
informasi online yang disugguhkan oleh Medmass dan Medsos semakin deras. Hal
ini tidak lain karena mudahnya mengakses internet sehingga meningkatnya
kebutuhan dunia maya dan media massa koran mulai ditinggal oleh pembaca.
Misalnya ketika pada tahun 2017 perusahaan raksasa koran Singapur guling
tikar.
Informasi yang disugguhkan melalui dunia
maya dibanding dengan koran tidak sebanding. Dalam hitungan detik, infomasi
dari berbagai belahan dunia langsung tersebar secara dalam hitungan detik. Dan
hal ini yang membuat seolah-seolah di zaman Jokowi banyak TKA. Padahal tenaga
kerja aseng di Indonesia sudah lama ada dan tidak terartur. Justru kebijakan
Jokowi menertibkan TKA diberbagai wilayah Indonesia yang diberitakan oleh media
online malah disebar luas dan dijadikan sebagai kesalahan Jokowi agar
elektabilitas Jokowi menurun dimata masyarakat.
Kesedarhaan membuat Jokowi tidak mata
duitan. Sehingga sulit untuk menyonggok Jokowi dengan tumpukan uang. Akibatnya,
kinerja kerja KPK dalam membasmi kasus korupsi semakin menggila. Dan hal ini
membuat tikus-tikus alias maling uang rakyat semakin kesal terhadap Jokowi.
Belum lagi, cita-cita Jokowi memudahkan
investor masuk ke Indonesia dengan terang-terangan meminta investor agar lapor
langsung pada dirinya jika ada pejabat pungli. Hal ini membuat oknum pejabat
yang bermain-main dengan pengusaha kehilangan mata pencarian. Akhirnya, semakin
banyak oknum yang merasa kehilangan uang samping, semakin banyak juga daftar
yang berusaha mencekal Jokowi.
Seberapa pantas kah Jokowi jadi Presiden RI
untuk 2019? Menurut saya lebih pantas dari calon-calon lain. Tapi jika ada yang
bertanya "Benar-benar pantas kah Jokowi jadi president RI?" Jawabanya
"Tidak"
Karena hingga saat ini, belum ada pernyataan
Jokowi "Agar koruptor di hukum mati". Namun bagaimanapun selagi belum
ada yang berani mengeluarkan pernyataan "Hukuman mati untuk koruptor"
maka belum ada yang lebih pantas dari Jokowi.
Ini adalah menurut saya, tentu sebagai
bangsa yang besar dengan latar belakang yang banyak kita masing-masing memiliki
pendapat yang berbeda. Biar lah perbedaan tetap ada, karena kita tidak bisa
mengubah orang lain karena diri sendiri aja belum tentu bisa kita rubah. Karena
itu, apapun pendapat mu dan pendapatku, atau siapapun pelihan mu dan pilihan
ku, biar lah itu terjadi. Kita semua saudara, dan sangat indah jika kita saling
menghargai karena Bhinneka Tunggal Ika